Wednesday 23 January 2013

Kembali Kepada Kesucian


Oleh : Aa Gym

Hikam:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya." (QS. Ar-Ruum: 30)
Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya setiap yang dilahirkan dalam keadaan suci."
Kita dilahirkan kedunia dalam keadaan fitrah tidak dibebani dosa sebesar apapun dan Allah. Itu memberikan kita potensi untuk berbuat baik dan buruk. Diantara fitrah Allah yaitu kita butuh menuhankan sesuatu dan bagi yang benar maka dia berhasil menuhankan Allah. Namun adapula yang salah dalam bertuhan misalnya menuhankan kekuasaan, harta dan kedudukan.
Sebenarnya kekuasaan, harta dan kedudukan adalah karunia dari Allah yang dititipkan kepada kita. Orang yang kembali kepada fitrah adalah orang yang kembali menuhankan Allah, karena setiap kita menuhankan sesuatu selain Allah kita akan diperbudak oleh yang kita tuhankan dan kita akan menjadi sangat hina. Jadi bulan ramadhan ini hendaklah kita jadikan dunia hanya sebagai tempat singgah, bukan tujuan untuk kita sembah karena kita akan kembali kepada Allah swt.
Kemudian adalagi fitrah Allah yaitu kita membutuhkan tuntunan dan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Rasulullah saw. Maka bagi yang ramadhannya berhasil dia ingin lebih mengetahui tentang rasul, mensuritauladani dan hidup seperti yang dituntunkan rasul. Semakin kita yakin bahwa semua yang kita dapat datangnya dari Allah maka kita akan menjadi sabar, ikhlas, tawadhu dan menikmati hidup dengan hati yang bersih.
Hendaklah diakhir bulan ramadhan kita bersyukur kepada Allah karena sudah dapat menjalani bulan ramadhan, memperbanyak takbir, tahmid dan sambil memohon kepada Allah agar dapat dipertemukan kembali pada bulan ramadhan yang akan datang.
Makin kurang ilmu yang kita miliki makin mudah goyah keimanan kita dan makin banyak ilmu yang kita miliki makin kokoh kita dalam menghadapi hidup ini. (imm)

Thursday 17 January 2013

Cara Dan Do’a Sholat Sunah Istikharah



Dalam kehidupan ini kita sering dihadapkan pada beragam pilihan. Ada pilihan yang dengan mudah kita putuskan, namun tak jarang kita kesulitan dalam menentukan pilihan yang akan kita ambil. Jika sudah demikian, alangkah baiknya jika kita melaksanakan sholat istikharah.
Sholat istikharah aalah sholat sunnat yang dilakukan untuk memohon pertologan Allah dalam menentukan suatu keputusan. Sholat istikharah sangat dianjurkan oleh Rasulullah Muhammad saw jika kita menghadapi dilemma dalam mengambil keputusan. Dengan sholat istikharah, diharapkan keputusan yang kita ambil mendapat ridho dari Allah SWT.
Sholat istikarah dapat dilakukan setiap saat, tanpa ada batasan waktu. Sholat istikharah dikejakan sebanyak 2 rakaat, dengan cara seperti kita melakukan sholat-sholat yang lain. Namun pada sholat istikharah, setelah membaca surat Al Fatihah pada rakaat pertama dianjurkan untuk membaca surat Al kaafiruun. Sedang pada rakaat kedua sholat istikharah, setelah membaca Al Fatihah dianjurkan untuk membaca surat Al Ikhlas.
Setelah selesai melakukan sholat istikharah, dilanjutkan dengan membaca sholawat kepada Rasulullah Muhammad saw. Setelah itu, berdoa dengan doa berikut ini:
اللَّهُمَّ إِنيِّ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ اْلعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ, وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ,

7 Fadhilah Sholat Dhuha Yang Harus Diketahui



Shalat merupakan kunci diterima atau ditolaknya keseluruhan ibadah yang telah dilakukan seorang mukmin. Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa yang pertama dihisab oleh Allah Swt. dari amal seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Sebaiknya, jika shalatnya rusak, maka seluruh amalnya juga akan turut rusak. Karenanya, shalat yang kita kerjakan harus benar-benar terjaga kesempurnaannya. Salah satu cara menyempurnakan shalat wajib adalah dengan melaksanakan shalat sunat.

Banyak sekali pilihan shalat sunat yang dapat kita kerjakan untuk menyempurnakan pahala shalat wajib yang telah kita kerjakan. Sebut saja shalat sunat rawatib yang biasa kita kerjakan sebelum dan setelah mengerjakan
shalat lima waktu. Selain shalat sunat rawatib, kita juga mengenal banyak sekali jenis shalat sunat di antaranya adalah Tahiyatul Masjid, Syukrul Wudhu, Tahajud, Witir, serta
Dhuha. Yang disebutkan terakhir kerap terlupakan karena meski kita tahu fadhilahnya tapi karena waktu pelaksanaannya bertepatan dengan dimulainya aktivitas harian, maka shalat Dhuha sering tidak dikerjakan.

Ya,
shalat Dhuha ialah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik, yaitu kira-kira setinggi lebih kurang 7 (tujuh) hasta atau sekitar setinggi satu tombak, antara pukul 08.00 pagi sampai dengan masuk waktu Dzuhur (sekitar pukul 11.00 siang).

Shalat Dhuha hukumnya sunat muakad (sangat dianjurkan dan mendekati wajib) karena Rasulullah senantiasa mengerjakannya dan berpesan kepada para sahabat untuk mengerjakannya juga. Shalat Dhuha juga merupakan wasiat Rasul kepada umatnya sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits. “Abu Hurairah r.a. menceritakan, ‘Kekasihku Rasulullah Saw. memberi wasiat kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah kutinggalkan hingga meninggal dunia: shaum tiga hari dalam sebulan, dua rakaat shalat Dhuha, dan hanya tidur setelah melakukan shalat Witir” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Tentu saja, Rasulullah Saw. tidak akan mengistimewakan shalat Dhuha tanpa alasan. Berikut beberapa fadhilah atau keutamaan shalat Dhuha yang menjadikannya begitu istimewa di mata Rasullah Saw.

Pertama, shalat Dhuha merupakan ekspresi terima kasih kita kepada Allah Swt. atas nikmat sehat bugarnya setiap sendi dalam tubuh kita. Menurut Rasulullah Saw., setiap sendi dalam tubuh kita yang jumlahnya 360 ruas setiap harinya harus diberi sedekah sebagai makanannya.

“Pada setiap manusia diciptakan 360 persendian dan seharusnya orang yang bersangkutan (pemilik sendi) bersedekah untuk setiap sendinya.” Lalu, para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah Saw., siapa yang sanggup melakukannya?” Rasulullah Saw. menjelaskan, “Membersihkan kotoran yang ada di masjid atau menyingkirkan sesuatu (yang dapat mencelakakan orang) dari jalan raya, apabila ia tidak mampu maka shalat Dhuha dua rakaat dapat menggantikannya.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud)

Kedua, shalat Dhuha merupakan wahana pengharapan kita akan rahmat dan nikmat Allah Swt. sepanjang hari yang akan dilalui, entah berupa nikmat fisik maupun materi. Rasulullah Saw. bersabda, “Allah berfirman, ‘Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas melakukan shalat empat rakaat pada pagi hari, yaitu shalat Dhuha, niscaya nanti akan Kucukupi kebutuhanmu hingga sore harinya.’” (H.R. Al-Hakim dan At-Tabrani)

Islam Tidak Untuk Dibicarakan Tetapi Di Amalkan


Fajar baru saja berlalu, mentari mulai mengintip dari arah timur. gema adzan sudah sejak tadi terdengar. ceramah-ceramah mulai bersautan ditelevisi-televisi nasional. para mubaligh sibuk menyampaikan materi khutbahnya masing. ada yang menyampaikan dengan cara yang serius, ada pula yang menyampaikan dengan canda tawa. begitulah suasana yang kita temui dilayar televisi setiap pagi.

Berbagai tema dan judul telah disampaikan, bahkan sebagiannya telah sering diulang-ulang. tema nasehat atau sekedar intermezzo atau obrolan-obrolan ringan dalam agama. dakwah dengan metode ceramah adalah baik, Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- pun menggunakan metode tersebut dalam proses dakwahnya.

Tapi apa guna ketika ceramah dikumandangkan dimana-mana, akan tetapi kurang memberikan warna. malah terkadang membuat kebenaran menjadi rancu. ustadz A mengatakan ini, ustadz B mengatakan hal yang menyelisihi perkataan ustadz A. terkadang kita bingung, manakah yang benar ?!

Agama tidak hanya untuk dibicarakan. dijadikan bahan ceramah kesana kemari. akan tetapi Islam diturunkan untuk mengatur dunia, untuk diamalkan dan dipraktekkan. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- dan para sahabatnya mempraktekkan Islam pada setiap sendi-sendi kehidupan mereka. tidak banyak didebatkan, akan tetapi banyak dipraktekkan.